MENULIS SEBAGAI MEDIA DAKWAH

     Jika kita tidak punya banyak waktu untuk terjun ke lapangan, jika kita tidak punya banyak harta untuk disedekahkan, maka kita masih punya sepasang mata untuk membaca dan jari-jari untuk menulis. Maka menulislah tentang kebaikan, menulislah untuk diniatkan bahwa tulisan yang ditulis adalah sebuah media untuk membuka hati orang pada kebaikan. Jika kita berhasil menyentuh dan memotivasi hati seseorang dengan kata-kata yang kita tulis, maka kita bisa dikatakan telah menjadikan kegitan menulis kita sebagai media dakwah. karena ada orang yang tidak bisa tersentuh dengan omongan, namun ada orang yang tersentuh dengan tulisan (kata-kata). 

     Jadi, menulis dapat dijadikan media untuk berdakwah. berdakwah melalui tulisan akan lebih afektif dan abadi. dakwah lewat tulisan ini sebetulnya sudah menjadi tradisi para ulama dan Intelektual Muslim. tradisi ini merupakan konsekuensil logis dari dorongan Islam yang sangat menekankan arti penting penguasaan ilmu dalam kehidupan. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ibadah dan amalan dalam Islam akan lebih abadi dan mudah untuk dikaji jika tulisan dan disebarluaskan dalam bentuk buku, di era digital sekarang kita bisa menulis di media Sosial (Instagram, Twitter, Blog, Wattpad, Fecabook dll).

   Beberapa ulama dan Intelektual muslim yang telah banyak menghasilkan karya tulis  di antaranya Imam Al-Ghazali, Imam Syafi'i, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Sina, Abdullah Nasih Ulwan dan Yusuf Al-Qardawi.  Saat ini banyak penulis yang menjadikan tulisan sebagai media dakwah, baik tulisan berjenis fiksi maupun nonfiksi. sebut saja Helvi Tiana Rosa yang melopori penulisan fiksi Islami dan telah menjadi genre baru dalam penulisan fiksi Indonesia. Melalui karya fiksinya, Helvi di Forum Lingkar Pena (FLP) telah berdakwah kepada remaja secara efektif.

    Selain itu, kita Juga dapat membaca buku-buku Mohammad Fauzil Adhim yang banyak dijadikan refrensi oleh kaum muda, terutama dalam soal pernikahan islami dan juga seperti Cahyadi Tarkariwan dengan judul bukunya Wonderful Family. Al-Ghifari yang telah banyak menghasilkan buku-buku yang kental dengan nuansa dakwah, seperti buku Pacaran yang Islami, Adakah?, Kudung Gaul, Berjilbab tapi Telanjang, dan sebagainya. Habiburrahman El Shirazy dan Asma Nadia  terkenal dengan buku-buku novel islaminya. Kita juga mengenal KH. Abdullah Gymnastir yang dikenal dengan buku manjemen qolbunya.

   Maka dari itu, rugi rasanya kalau kita tidak mengambil bagian dari  dakwah bil qalam berdakwah melalui pena (tulisan).  Jangan menunggu ide itu datang, tapi menulislah, seiring dengan berjalannya waktu, detik demi detik, ide segar itu akan muncul. seperti yang saya lakukan sekarang 😊. 

"Ketika kita sudah tiada, tulisan kita lah yang akan dikenang orang".


@Sutan D. Al Murhif
#nulisyuk
#belajarmenulis
#nulisyukbatch37

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Elemen-elemen dakwah

PUISI : Rindu Rumah

CERPEN : SEMANGKOK BAKSO