ANTARA MAHASISWA DAN ORGANISASI KAMPUS




Abstrak
Mahasiswa disebut-sebut sebagai kaum intelektual yang berpikir cerdas, ilmiah dan bersikap kritis terhadap keadaan yang dianggap tidak ideal. Namun untuk mewujudkan itu, mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan Hardskill dan Softskill. Hardskill tentu bisa didapat dari materi yang disampaikan dosen, buku yang ada di perpustakaan, ataupun kegiatan praktikum. Hardskill penting untuk dikuasai, karena inilah yang membedakan antara mahasiswa yang bisa berpikir ilmiah dengan orang awam yang tidak menempuh pendidikan tingkat tinggi. Sedangkan softskill bisa kita kuasai dengan aktif mengikuti berbagai seminar, sering berinteraksi dengan orang lain dan learning by doing atau aktif dalam berbagai organisasi yang ada baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Dengan berorganisasi, softskill kita akan semakin terasah. Softskill juga penting untuk kita kuasasi, karena diibaratkan sebagai praktek dari ilmu yang sudah didapat. Jadi, baik hardskill maupun softskill sangat penting untuk dikuasai. Bahkan, dalam mencari pekerjaan atau setelah terjun didalam masyarakat, softskill lah yang lebih banyak dicari. Mahasiswa sukses adalah mereka yang mampu menguasai hardskill dan juga softskill. Belajar dengat giat dan berorganisasilah, maka kita akan memegang salah satu kunci sukses.  

Kata kunci : Mahasiswa, Hardskill, Soft skill, organisasi kampus.

Latar Belakang
“Berikan aku sepuluh pemuda, akan aku guncang dunia” (Ir. Soekarno). Pemuda yang dimaksud Ir Soekrano di atas tidak lain adalah mahasiswa. Ir. Soekarno memulai pergerakannya semenjak menjadi mahasiswa di ITB, M. Hatta membentuk Perhimpunan Indonesia di Belanda juga saat menjadi mahasiswa di Rotterdam (Belanda), Sutan Syahrir juga aktif memperjuangkan kemerdekaan sejak mahasiswa, dan banyak tokah lainnya. Mereka adalah mahasiswa yang telah mengisi perannya. Sekarang pertanyaannya adalah mereka mahasiswa yang seperti apa? Dan peran yang bagaimana? Apakah yang disebut mahasiswa itu hanyalah seseorang yang sedang belajar di tingkat perguruan tinggi, dimana kegiatannya sebagai mahasiswa hanya setiap pagi pergi ke kampus, mendengarkan kuliah, makan di kantin terus pulang ke kosan, begitu seterusnya tanpa ada variasi kegiatan. Yang seperti ini biasa di sebut mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang -- kuliah-pulang). Dan pada faktanya sekarang mahasiswa model inilah yang banyak menjamur di kampus-kampus. Jadi,  apakah mahasiswa yang seperti ini yang akan mengguncang dunia? Tidak, lantas yang bagaimana? Idelanya mahasiswa itu adalah kaum intelektual muda yang tidak hanya memiliki kemampuan hardskill saja tetapi juga softskill, sehingga mereka mampu menjalankan perannya secara optimal. Hardskill tentu bisa didapat diruang kuliah selama kita mengenyam pendidikan tetapi bagaimana dengan softskill? Jawabannya adalah dengan mengikuti satu atau berbagai organisasi yang ada dikampus.
Pembahasan
Mahasiswa yang disebut-sebut sebagai kaum intelektual muda harus mempunyai beberapa modal untuk mewujudkan ungkapan tersebut. Tidak hanya kemampuan yang baik secara akademik (hardskill) yang harus dimiliki tetapi kemampuan lain juga sangat diperlukan. Kemampuan di luar bidang akademik itu biasa disebut dengan soft skill. Tetapi pada kenyatannya banyak sekali mahasiswa yang belum memiliki kemampuan ini.
Mahasiswa adalah status yang disematkan kepada seseorang yang sedang menjalani pendidikan di tingkat perguruan tinggi baik itu di universitas, sekolah tinggi, maupun akademi yang merupakan tingkat jenjang pendidikan paling atas. Tetapi, yang namanya mahasiswa harusnya tidak hanya berada di ruang kuliah dan mendengarkan penjelasan dosen saja, lebih dari itu mahasiswa harus menjadi golongan yang proporsional antara ilmu dengan aplikasi. Seorang mahasiswa itu mempunyai tanggungjawab baik terhadap diri pribadi, keluarga, almamater, masyarakat bahkan bangsa dan negara.
Didalam dunia pendidikan ada yang disebut “Tri Dharma Perguruan Tinggi” adalah salah satu dasar tanggungjawab mahasiswa yang harus dikembangkan secara simultan dan bersama-sama. Adapun isi “Tri Dharma Perguruan Tinggi” adalah :
1. Pendidikan dan pengajaran
\   Pengertian pendidikan dan pengajaran disini adalah dalam rangka meneruskan pengetahuan atau dengan kata lain transfer of knowledge yang telah dikembangkan melalui penelitian oleh mahasiswa di perguruan tinggi.
2 Penelitian dan Pengembangan
    Kegiatan penelitian dan pengembangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa penelitian, maka ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi terhambat. Penelitian itu tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi harus dilihat keterkaitannya dalam pembangunan dalam arti luas. Artinya penelitian tidak semata-mata hanya untuk hal yang diperlukan atau langsung dapat digunakan oleh masyarakat pada saat itu saja, tapi harus dilihat dengan proyeksi kemasa depan.sekarang ini semakin banyak penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa baik di bidang pangan, pertanian, kesehatan dan juga teknologi.
3. Pengabdian pada masyarakat
    Pengabdian pada masyarakat harus diartikan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dikembangkan di perguruan tinggi, khususnya sebagai hasil dari penelitian. Pengabdian pada masyarakat merupakan serangkaian aktivitas dalam kontribusi perguruan tinggi terhadap masyarakat yang bersifat konkrit dan langsung dirasakan manfaatnya dalam waktu yang relatif pendek.
Masih membanhas tentang seperti apa seharusnya seorang mahasiswa itu. Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.
Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu dirumuskan perihal peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.
1. Peran Mahasiswa
1.1 Mahasiswa Sebagai “Iron Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
Dalam konsep Islam sendiri, peran pemuda sebagai generasi pengganti tersirat dalam Al-Maidah:54, yaitu pemuda sebagai pengganti generasi yang sudah rusak dan memiliki karakter mencintai dan dicintai, lemah lembut kepada orang yang beriman, dan bersikap keras terhadap kaum kafir.
Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi, dari zaman nabi, kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda depan perubah kondisi bangsa.
1.2 Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value”
Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal tersebut karena bila kita renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.
Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak, dan tidak ada keraguan lagi di dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari pragmatisme, nilai itu haruslah bersumber dari suatu dzat yang Maha Benar dan Maha Mengetahui.
Selain nilai yang di atas, masih ada satu nilai lagi yang memenuhi kriteria sebagai nilai yang wajib dijaga oleh mahasiswa, nilai tersebut adalah nilai-nilai dari kebenaran ilmiah. Walaupun memang kebenaran ilmiah tersebut merupakan representasi dari kebesaran dan keeksisan Allah, sebagai dzat yang Maha Mengetahui. mahasiswa harus mampu mencari berbagai kebenaran berlandaskan watak ilmiah yang bersumber dari ilmu-ilmu yang kita dapatkan dan selanjutnya harus kita terapkan dan jaga di masyarakat.
1.3 Mahasiswa Sebagai “Agent of Change”
Mahasiswa sebagai Agent of Change,,, hmm.. inilah kata-kata yang tidak asing lagi di telinga kita ketika menyebutkan tentang mahasiswa. Lantas, apa artinya? Secara sederhana diartikan mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul, “Kenapa harus ada perubahan ???”. Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita pandang kondisi bangsa saat ini. Menurut Saya kondisi bangsa saat ini jauh sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Sudah seharusnyalah mahasiswa yang dikatakan agen perubahan merubahberbagai kondisi tidak ideal ini. Lalu alasan selanjutnya mengapa kita harus melakukan perubahan adalah karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam secara tidak sadar kita telah berkontribusi dalam melakukan perubahan, namun tentunya perubahan yang terjadi akan berbeda dengan ideologi yang kita anut dan kita anggap benar.
Perubahan merupakan sebuah perintah yang diberikan oleh Allah swt. Berdasarkan Qur’an surat Ar-Ra’d : 11, dimana dijelaskan bahwa suatu kaum harus mau berubah bila mereka menginginkan sesuatu keadaan yang lebih baik. Lalu berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung, sedangkan orang yang hari ini tidak lebih baik dari kemarin adalah orang yang merugi. Oleh karena itu betapa pentingnya arti sebuah perubahan yang harus kita lakukan.
Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang “eksklusif”, hanya 5% dari pemuda yang bisa menyandang status mahasiswa, dan dari jumlah itu bisa dihitung pula berapa persen lagi yang mau mengkaji tentang peran-peran mahasiswa di bangsa dan negaranya ini. Mahasiswa-mahasiswa yang telah sadar tersebut sudah seharusnya tidak lepas tangan begitu saja. Mereka tidak boleh membiarkan bangsa ini melakukan perubahan ke arah yang salah. Merekalah yang seharusnya melakukan perubahan-perubahan tersebut.
Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat dari dua pandangan. Pandangan pertama menyatakan bahwa tatanan kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik seperti teknologi, misalnya kincir angin akan menciptakan masyarakat feodal, mesin industri akan menciptakan mayarakat kapitalis, internet akan menciptakan menciptakan masyarakat yang informatif, dan lain sebagainya. Pandangan selanjutnya menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan. Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa mengakomodasi kedua pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang diharapkan. Itu semua karena kita berpotensi lebih untuk mewujudkan hal-hal tersebut.
2. Fungsi Mahasiswa
Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan M.Hatta yaitu membentuk manusisa susila dan demokrat yang
  1. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
  2. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan
  3. Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat
Berdasarkan pemikiran M.Hatta tersebut, dapat kita sederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya.
Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.
Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan.
3. Posisi Mahasiswa
Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis, dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas, dan lain sebagainya. Sehingga mahasiswa menurut saya tepat bila dikatakan memiliki posisi diantara masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.
Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.
Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa berdiri di antara idealisme dan realita. Tak jarang kita berat sebelah, saat kita membela idealisme ternyata kita melihat realita masyarakat yang semakin buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita secara tak sadar sudah meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang seharusnya kita miliki. Contoh kasusnya yang paling gampang adalah saat terjadi penaikkan harga BBM beberapa bulan yang lalu.
Namun, kenyataan pada saat ini tidaklah “semanis” yang kita rasakan.Mengenai posisi mahasiswa saat ini saya berpendapat bahwa mahasiswa terlalu menganggap dirinya “elit” sehingga terciptalah jurang lebar dengan masyarakat. Perjuangan-perjuangan yang dilakukan mahasiswa kini sudah kehilangan esensinya, sehingga masyarakat sudah tidak menganggapnya suatu harapan pembaruan lagi. Sedangkan golongan-golongan atas seperti pengusaha, dokter, dsb. Merasa sudah tidak ada lagi kesamaan gerakan. Perjuangan mahasiswa kini sudah berdiri sendiri dan tidak lagi “satu nafas” bersama rakyat.
Untuk mengoptimalkan peran, fungsi dan posisi yang sudah kita bahas diatas, seorang mahasiswa harus menguasai banyak hal yang tidak hanya didapat dari dosen-dosen yang mengajar. Kita bisa menyebutkan bahwa yang namanya mahasiswa ideal itu adalah mahasiswa yang menguasai hardskill dan soft skill. Bahkan, mahasiswa yang memiliki proposi softskill lebih besar daripada hardskill akan lebih mudah beradaptasi dilapangan, pasalnya mereka (mahasiswa) sudah memiliki karakter yang matang. Bahkan ada yang menyebutkan, mahasiswa harus memiliki 60-70 % kemampuan softskill daripada hardskil, karena inilah yang akan menjadi faktor pendukung kesuksesan. Baik sukses dalam bersaing mencari kerja atau bahkan sukses dalam menciptakan lapangan perkerjaan.
http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.pngSOFT SKILL  dan HARDSKILL
Softskill ialah istilah dalam sosiologi yang menerangkan tentang EQ  ( Emotonal Intellegence Quotient ) seseorang .  Softskill bisa juga diartikan suatu karakter atau bakat dari seorang individu yang  dan telah ditanamkan sejak kecil . Softskill dapat dikategorikan sebagai kehidupan sosial , komunikasi , bertutur bahasa , kebiasaan ,  keramahan dan optimasi .
Kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain atau disebut interpersonal skills , dan kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri untuk unjuk kerja secara maksimal atau disebut intrapersonal skills.
INTRAPERSONAL SKILL , contohnya : Transforming Character  ( transformasi karakter ), Transforming Beliefs ( transformasi keyakinan ), Change management ( manajemen perubahan ), Stress management  ( stress manajemen ), Time management ( manajemen waktu ), Creative thinking processes ( proses berpikir kreatif ), Goal setting & life purpose ( penetapan tujuan dan tujuan hidup ), Accelerated learning techniques ( belajar teknik dipercepat ).
INTERPERSONAL SKILL , contohnya : Communication skills ( ketrampilan komunikasi ), Relationship building ( membangun hubungan ), Motivation skills ( ketrampilan motivasi ), Leadership skills ( ketrampilan kepemimpinan ), Self-marketing skills ( ketrampilan pemasaran diri ), Negotiation skills  ( ketrampilan negosiasi ), Presentation skills ( ketrampilan presentasi ), Public speaking skills ( ketrampilan berbicara di depan umum )
Cara meningkatkan softskill , yaitu :
– learning by doing. Soft skill bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman dalam dunia kerja/berorganisasi.
– Berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain.
– Mengikuti pelatihan-pelatihan / seminar tentang manajemen.
        Sedangkan pengertian dari  Hardskill ialah kemampuan yang menekankan pada IQ ( Intellegence Qoutient )  seorang individu yaitu penguasaan ilmu pengetahuan , teknologi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya . Kemampuan hardskill dapat diasah dengan sering mengikuti latihan dan membiasakan diri belajar secara akademis sesuai subyek atau bidang studinya .
Perbedaan Softskill dan Hardskill
Softskill ( kemampuan non akademik ) ialah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan individu lain , kemampuan softskill individu dapat dilihat dari pengalaman individu dalam berorganisasi . Contoh dari softskill misalnya integritas , etika , dan kerja sama dalam tim . Sifat soft skills meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Sifat ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap. Tapi, sifat ini dapat berubah jika individu tersebut mau mengubahnya dengan cara berlatih membiasakan diri.
Sedangkan Hardskill ( kemampuan akademik )  ialah  kemampuan individu menguasai ilmu pengetahuan , teknologi yang berhubungan dengan bidang ilmunya . Kemampuan hardskill seseorang dapat dilihat dari riwayat pendidikan . Contoh hardskill adalah kemampuan teknis seperti keuangan ,komputer ,  perakitan , dan kualitas .
Keterkaitan anatara  Softskill dan Hardskill dalam perkuliahan dan Dunia Kerja
Dalam dunia pendidikan atau perkuliahan seorang mahasiswa dituntut memiliki kemampuan softskill dan hardskill untuk menjadi mahasiswa yang kompeten . Kemampuan hardskill yang harus dimiliki mahasiswa ialah kemampuan menguasai ilmu pengetahuan ( knowledge ) dan ketrampilan ( skill  ) teknologi . Sedangkan kemampuan softskill yang harus dimiliki seorang   mahasiswa ialah  kemampuan intrapersonal , interpersonal , dan ekstrapersonal .
Selain dibutuhkan dalam perkuliahan , softskill dan hardskill diperlukan dalam dunia kerja . Penguasaan hardskill dalam dunia kerja misalnya pada deskripsi persyaratan kerja pencari kerja harus memiliki kemampuan analisis dan IT . Selain itu softskill yang dibutuhkan dalam dunia kerja ialah kepemimpinan , etika , kerjasama tim , dan fleksibel .

Beberapa orang yang sering mengelelompokkan mahasiswa menjadi dua, yaitu mahasiswa yang study oriented dan mahasiswa organisatory oriented.  Mahasiswa study oriented maksudnya adalah mereka yang hanya fokus kuliah, dengan harapan bisa meraih nilai-nilai yang baik dan tentu saja bisa lulus dengan cepat serta mudah dalam mencari pekerjaan. Sedangkan mahasiswa organisatory oriented, adalah mereka yang banyak terlibat di dalam organisasi-organisasi yang ada di kampus, dengan ciri kebanyakan dari mereka adalah yang jarang mengikuti perkuliahan, nilai yang didapat rata-rata ‘cukup’ dan masa kuliah bisa lebih lama dari teman-teman study oriented. Pengelompokkan ini sebenarnya tidak terlalu benar, karena di kampus masih banyak kita temui mahasiswa yang aktif dalam organisasi dan juga tetap mendapat nilai yang baik di hampir semua mata kuliah. Bahkan, kalau saya boleh menyebutkan bahwa yang namanya mahasiswa itu selain fokus pada kuliah juga harus terlibat di dalam organisasi. Kenapa? Tanpa berorganisasi, maka softskill kita kurang terasah. Sedangkan kita tahu bahwa yang diperlukan mahasiwa untuk bisa sukses itu tidak hanya hardskill, tetapi softskill juga.

Pengertian Organisasi.
Organisasi bisa diartikan sebagai kumpulan manusia yang mempunyai tujuan sama. Tujuan organisasi sangat baik dan banyak untuk kehidupan. Kehidupan ini tentunya tidak terlepas dari sebuah organisasi.
Sebenarnya setiap orang pasti melakukan organisasi dalam kehidupannya karena setiap orang adalah makhluk sosial yang berinteraksi dan menjalin kerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuannya, dimana tujuan itu bisa saja merupakan tujuan bersama tentu mempunyai keluarga. Selain itu, setiap individu bisa dikataka sebagai organisasi paling kecil. Mengapa? Di dalam tubuh masing-masing indivisu terdapat sel yang merupakan bagian paling kecil dan jumlahnya mencapai jutaan sel. Kumpulan sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama disebut jaringan. Jaringan-jaringan akan membentuk organ, sistem organ dan kemudian terbentuklah organisme yang merupakan individu dari makhluk hidup. Jadi, setiap individu itu adalah organisasi kehidupan.
Secara bahasa Pengertian Organisasi bisa dilihat dari kata yang menyusunnya. Organisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu organon yang mempunyai arti alat. Sedangkan menurut istilah organisasi bisa diartikan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang untuk melakukan kerja sama secara sistematis, terkendali dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan bersama. Dilihat dari pengertian ini salah satu dasar dari terbentuknya suatu organisasi adalah tujuan bersama yang sama. Orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama berkumpul dan berupaya untuk mewujudkan keinginannya. Tujuan organisasi ini tentunya bukan mewujudkan cita-cita satu orang saja tapi mewujudkan cita-cita semua anggotanya.
Sebuah organisasi yang ideal seharusnya mempunyai tujuan jangka panjang dan juga tujuan jangka pendek. Dua tujuan inilah yang menjadi dasar kegiatan sebuah organisasi. Tanpa tujuan organisasi yang akan terjadi adalah organisasi tersebut mati karena tidak ada yang harus diperjuangkan dan juga dicapai bersama-sama semua anggota kelompok organisasi. Tujuan dari suatu organisasi juga harus dideskripsikan dengan jelas agar semua kegiatan yang dilakukan juga berorientasi untuk mencapai tujuan bersama yang sudah ditetapkan. Selain itu tujuan ini juga bisa menjadi salah satu penyemangat kerja dan juga komitmen para anggotanya.
Tidak hanya mempunyai tujuan, organisasi juga mempunyai manfaat yang sangat banyak dalam kehidupan bermasyarakat. Manfaat ini bisa dirasakan oleh siapa saja yang mengikuti organisasi di berbagai tingkatan. Salah satu manfaat nyata dari sebuah organisasi adalah membentuk mental individu yang berani mengungkapkan pendapat di depan umum dan juga terbiasa dalam melakukan kerja sama dalam memecahkan suatu masalah. Manfaat ini tentunya sangat mendukung dalam dunia pekerjaan yang menuntut kerjasama tim yang solid. Hal-hal yang sudah dijelaskan di atas tentunya bisa menyadarkan Anda betapa pentingnya berorganisasi.

Beberapa manfaat mengikuti Organisasi ;

1. Berorganisasi itu, mengasah Soft Skill

Diatas kita sudah menjelaskan apa itu hardskill dan softskill. Sekarang, Pentingkah Hard Skill? Penting! Mahasiswa Ilmu Komputer jelas harus bisa ngutak-ngatik komputer, mahasiswa Teknik Mesin jelas jago merakit mobil, bagaimana mungkin mahasiswa Sarjana Hukum bisa jadi pengacara handal kalau tidak paham UU? Mahasiswa Pertanian pastilah tahu iklim seperti apa yang cocok untuk menanam cabe, serta Mahasiswa Sastra adalah sastrawan masa depan.
Namun yang sering dilupakan adalah Soft Skill, yaitu kemampuan manajemen diri maupun manajemen orang lain. Soft Skill contoh mudahnya adalah bagaimana kita bekerja dalam tim, bagaimana bisa mengatur bawahan, bekerja sama dengan rekan sepantaran, maupun menerima perintah dari atasan. Bagaimana mengatur waktu, bagaimana berdisiplin, bagaimana kamu mengatur target yang luar biasa tapi realistis.
Dalam Soft Skill tiba-tiba materi kurikulum buku kuliah dan penjelasan para dosen tidak banyak bermanfaat, karena sekarang kita berkutat dalam hal-hal kecil namun esensial yaitu seputar hubungan antar manusia. Kita belajar dipimpin di suatu saat, dan memimpin di saat lain. Bagaimana caranya berdisiplin mengerjakan tugas yang telah diamanahkan? Bagaimana caranya memberi amanah pada orang lain? Lalu, bagaimana caranya menangani konflik yang pasti terjadi dalam sebuah kelompok? Itulah Soft Skill, dan tentunya tidak tercantum di dalam pasal UU manapun, dan tidak pula ada hubungannya dengan cabe.
Ini adalah sesuatu yang hanya bisa kita dapatkan kalau kita mau keluar dari ruang kuliah yang cukup pengap, dan berorganisasi! Semua organisasi selalu menyimpan edukasi Soft Skill yang sama baiknya. Di semua organisasi kita akan bekerja dalam tim, kita akan mendapat tugas dari pengurus organisasimu, dan kelak kita akan menjadi pengurus organisasimu dan memberi tugas pada anggota baru.

2. Berorganisasi itu, memperluas jaringan!

Bayangkan sekarang kita sudah berorganisasi. Alhamdulilah, teman pun tambah banyak, tidak seperti dulu saat teman kita  hanyalah anak-anak satu jurusan dan satu fakultas saja.. Hidup kita tiba-tiba lebih berwarna karena kita punya teman diskusi yang topik pembicaraannya variatif, tidak melulu membahas manuver politik Koalisi Merah Putih pasca Pilpres. Kini jaringanmu bertambah luas! Teman facebook dan follower twitter bisa bertambah.

3. Berorganisasi itu, mewadahi minat, mempertajam bakat

Pilihlah organisasi yang ada dikampus sesuai dengan minat, bakat ataupun karakter kamu.Siapa tahu kamu memang cocok berkarir dalam hal yang kamu tekuni di organisasi. (wikimedia.org.). Seperti halnya pada poin satu, bahwa dengan berorganisasi maka soft skill akan terasah, begitu pun hard skillmu!

4. Berorganisasi itu, Putting Theory Into Practice

 “Pada dasarnya teori lahir berkat praktek empiris di lapangan, dan praktek tentu hanya akan jadi omong kosong bila dilakukan tanpa ada dasar teori yang jelas. Jadi keduanya penting.
Teori dan praktek berjalan sinkron, dan di kampus, kita sebagai mahasiswa mempelajari teori dari disiplin ilmu masing-masing, dan bertanggungjawab untuk mempraktekkan semua teori itu untuk kemajuan bangsa. Jadi, mari membaca buku kuliah sebanyak mungkin dan diskusi dengan dosen serajin mungkin, karena buku adalah hasil observasi lapangan, dan dosen adalah ahli yang telah lebih banyak berpengalaman dari kita.
Lalu bagaimana prakteknya? Bisa dengan cara berorganisasi.

5. Berorganisasi itu, Peduli dengan Lingkungan Sosial

Mentang-mentang jadi akademisi, pantaskah kita mengabaikan masyarakat di luar tembok kampusmu?
Roem Topatimasang dalam bukunya Sekolah Itu Candu pernah mengeluarkan kritik tajam. Menurutnya, orang-orang akademisi seringkali berjarak dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Tembok-tembok tinggi sekolah dan kampus membuat akademisi, pelajar, ataupun mahasiswa, terkurung dalam dunia “Pendidikan Formal” masing-masing. Setiap hari mereka hanya berkutat pada tumpukan buku dan catatan pelajaran, dan jarang sekali tahu fenomena sosial apa yang terjadi di sekitar mereka.
Tanpa bermaksud untuk mengajak berpolitik praktis, namun memiliki dan memahami wawasan sosial adalah kewajiban kita sebagai manusia, apalagi mahasiswa.
Kepedulian sosial itu, sekali lagi, bisa diwadahi dengan berorganisasi. Bukan berarti kamu harus ikut organisasi gerakan keras dan demo besar-besaran waktu harga BBM naik, kepedulian sosial selalu bisa diawali dari kegiatan kecil dan bertahap. Ketika kamu gabung di organisasi kerohanian/keagamaan, akan sering sekali kamu akan mengadakan kegiatan bakti sosial (baksos), dimana kamu bisa bagi-bagi nasi bungkus untuk pengemis di tengah jalan. Kamu juga berkesempatan melakukan kunjungan ke Panti Asuhan dan mengajar anak-anak Yatim Piatu, mengadakan berbagai seminar keagamaan, ataupun mengajak (berdakwah) langsung kepada teman-teman seperjuangan yang mungkin banyak yang belum mengaplikasikan Islam secara menyeluruh dalam kehidupannya.

6. Berorganisasi itu, menambah nilai CV

Sudah jadi rahasia umum juga bahwa mencantumkan pengalaman berorganisasi dalam CV akan menambah nilai jualmu di hadapan sang reviewer personalia. Dengan punya pengalaman berorganisasi, perusahaan yang merekrutmu pasti akan mempertimbangkanmu baik-baik, karena itu artinya kamu dianggap sudah punya pengalaman dalam bekerja dalam kelompok, alias punya Softskill.
Kamu bukan sekedar mahasiswa ber-IPK tinggi tapi kerjanya cuma bolak-balik kuliah-pulang-kuliah-pulang. IPK itu penting untuk dipertahankan, untuk menunjukkan bahwa kamu serius dalam studimu, tapi jangan sampai kamu mendewakkan IPKmu sehingga tidak mengembangkan diri di luar perkuliahan.
Bahkan, ada pengalaman ketika  melamar kerja, dalam seleksi wawancara, reviewer justru malah sering menanyakan kegiatan organisasi ketimbang pelajaran yang dipelajari di bangku kuliah.
Harus diakui, berorganisasi itu memang hanya sekedar metode dalam mencapai mimpi kehidupan kemahasiswaan yang baik. Tidak perlu digeneralisir bahwa berorganisasi adalah satu-satunya jalan demi memiliki jaringan, mengasah soft skill, memperbagus CV, dan peduli dengan lingkungan sosial.
Mungkin ada banyak jalan lain, tiap mahasiswa pastilah memiliki caranya masing-masing. Saya pun paham bahwa memang ada jurusan-jurusan tertentu yang beban akademiknya begitu berat, ujian dan makalah selalu ada tiap minggu disertai praktikum setiap hari, sehingga jangankan berorganisasi, bisa tidur nyenyak saja belum tentu.
Namun saya hanya ingin mengajak kepada para mahasiswa, bahwa hendaknya kita menjadi pribadi pemuda dinamis dan bertanggungjawab atas almamater kita. Jadilah agen perubahan yang sesungguhnya, gunakan berkah intelektual yang telah kita dapat untuk membantu bangsa dan umat manusia, karena itulah esensi kaum intelektual yang bertanggungjawab atas ilmu pengetahuan yang ia dapat.

Organisasi mahasiswa di Indonesia

Organisasi Mahasiswa di Indonesia dapat dikategorikan ke dalam 2 jenis, yaitu organisasi mahasiswa intrakampus, dan ekstrakampus.

Organisasi mahasiswa intrakampus

Organisasi mahasiswa intrakampus adalah organisasi mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi dan mendapat pendanaan kegiatan kemahasiswaan dari pengelola perguruan tinggi dan atau dari Kementerian/Lembaga. Bentuknya dapat berupa Ikatan Organisasi Mahasiswa Sejenis (IOMS), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Para aktivis organisasi mahasiswa intrakampus pada umumnya juga berasal dari kader-kader organisasi ekstrakampus ataupun aktivis-aktivis independen yang berasal dari berbagai kelompok studi atau kelompok kegiatan lainnya. Saat pemilu mahasiswa untuk memilih pemimpin senat mahasiswa, pertarungan antar organisasi ekstrakampus sangat terasa.

Dewan mahasiswa dan majelis mahasiswa

Dewan mahasiswa dan majelis mahasiswa adalah lembaga kemahasiswaan tingkat universitas. Dewan mahasiswa ini sangat independen, dan merupakan kekuatan yang cukup diperhitungkan sejak Indonesia merdeka hingga masa Orde Baru berkuasa. Ketua dewan mahasiswa selalu menjadi kader pemimpin nasional yang diperhitungkan pada jamannya.
Dewan mahasiswa berfungsi sebagai lembaga eksekutif, sedangkan yang menjalankan fungsi legislatifnya adalah majelis mahasiswa. Di fakultas-fakultas dibentuklah komisariat dewan mahasiswa (KODEMA), atau di beberapa perguruan tinggi disebut senat mahasiswa. Para ketua umum KODEMA atau ketua umum senat mahasiswa ini secara otomatis mewakili fakultas dalam majelis mahasiswa. Keduanya dipilih secara langsung dalam pemilu badan keluarga mahasiswa untuk masa jabatan tertentu. Sedangkan ketua umum dewan mahasiswa dipilih dalam sidang umum majelis mahasiswa.

Senat mahasiswa

Senat mahasiswa adalah organisasi mahasiswa yang dibentuk pada tahun 1978. Sejak 1978-1989, senat mahasiswa hanya ada di tingkat fakultas, sedangkan di tingkat universitas ditiadakan. Di tingkat jurusan keilmuan dibentuk keluarga mahasiswa jurusan atau himpunan mahasiswa jurusan, yang berkoordinasi dengan senat mahasiswa dalam melakukan kegiatan intern. Pada umumnya senat mahasiswa dimaksudkan sebagai lembaga eksekutif, sedangkan fungsi legislatifnya dijalankan organ lain bernama badan perwakilan mahasiswa (BPM).
Senat mahasiswa kemudian menjelma menjadi lembaga legislatif, termasuk di tingkat fakultas. Lembaga eksekutifnya adalah badan pelaksana senat mahasiswa. Belakangan nama badan pelaksana diganti dengan istilah yang lebih praktis, badan eksekutif mahasiswa (BEM). Awalnya BEM dipilih, dibentuk dan bertanggung jawab kepada sidang umum senat mahasiswa namun sekarang pengurus kedua lembaga sama-sama dipilih langsung dalam suatu pemilihan umum.

Unit kegiatan mahasiswa (UKM)

Untuk lebih mengembangkan lagi potensi yang ada pada setiap mahasiswa, maka ada organisasi lain yang disebut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). UKM adalah wadah aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu bagi para aktivis yang ada di dalamnya. Unit Kegiatan Mahasiswa sebetulnya adalah bagian/organ/departemen dari Dewan Mahasiswa. Ketika dilakukan pembubaran Dewan Mahasiswa, departemen-departemen Dewan Mahasiswa ini kemudian berdiri sendiri-sendiri menjadi unit-unit otonom di Kampus.
Unit Kegiatan Mahasiswa terdiri dari tiga kelompok minat : Unit-unit Kegiatan Olahraga, Unit-unit Kegiatan Kesenian dan Unit Khusus (Pramuka, Resimen Mahasiswa, Pers Mahasiswa, mahasiswa pecinta alam (mapala) Koperasi Mahasiswa, Unit Kerohanian dan sebagainya).

Badan eksekutif mahasiswa

Badan eksekutif mahasiswa (BEM) ialah lembaga kemahasiswaan yang menjalankan organisasi serupa pemerintahan (lembaga eksekutif). Dipimpin oleh ketua/presiden BEM yang dipilih melalui pemilu mahasiswa setiap tahunnya. Di beberapa kampus masih digunakan nama senat mahasiswa (SM).

Himpunan Mahasiswa Jurusan

Himpunan mahasiswa jurusan adalah organisasi mahasiswa intrakampus yang termasuk dalam kelompok IOMS yang dibentuk berdasarkan kesamaan disiplin ilmu, terdapat pada program studi atau jurusan dalam lingkup fakultas tertentu dan berjejaring dengan disiplin ilmu sejenis dari perguruan tinggi lain. Umumnya bersifat otonom dalam kaitannya dengan organisasi mahasiswa di tingkat fakultas seperti senat mahasiswa dan badan eksekutif mahasiswa. Kegiatan himpunan mahasiswa jurusan umumnya dalam konteks keilmuan, penalaran dan pengembangan profesionalisme.
Istilah lain himpunan mahasiswa jurusan adalah "keluarga mahasiswa jurusan", "ikatan mahasiswa jurusan" atau "korps mahasiswa jurusan". Sebagai contoh : Ikatan Mahasiswa Teknik Kimia (IMATEK), Himpunan Mahasiswa Elektro (HME), Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil (Fakultas Teknik), Himpunan Mahasiswa Sejarah (Fakultas Ilmu Budaya), Korps Mahasiswa Komunikasi (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).

Organisasi mahasiswa ekstrakampus

Organisasi ekstrakampus merupakan organisasi mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi ekstra kampus biasanya berafiliasi dengan partai politik tertentu walaupun tidak secara eksplisit. Organisasi mahasiswa ekstrakampus antara lain: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Pelajar Islam Indonesia (PII), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Serikat Mahasiswa Indonesia dan lain-lain.



Kesimpulan

Mahasiswa yang notabene adalah kaun inetelektual muda yang menjadi harapan bangsa dan negara sekaligus sebagai penerus generasi yang akan datang harus mempersiapkan diri mereka sebaik mungkin. Mereka juga mempunyai peran, fungsi dan posisi yang harus dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, almamater, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk itu, Kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa harus melebihi kemampuan masyarakat pada umumnya. Kemampuan disini bukan hanya kemampuan di bidang ilmu yang telah Ia pelajari selama di bangku kuliah, tetapi juga kemmapuan lain yang berhubungan dengan action dan interaksi dengan orang lain. Untuk bisa sukses menjadi seorang mahasiswa yang berkualitas kedua kemampuan ini harus dimiliki yaitu softskill dan hardskill. Hardskill tentu bisa didapat dari materi-materi yang sudah dipelajari di ruang kuliah, perpustakaan, dan laboratorium, tetapi tidak dengan softskill. Kemampuan kita dalam action dan interaksi salah satunya bisa didapat dengan cara aktif di berbagai organisasi kampus. Dengan menguasai softskill, maka kita lebih berpeluang dari orang-orang yang hanya memiliki hardsill saja. Maka, raihlah suksesmu dengan mengikuti organisasi-organisasi baik yang ada di kampusmu maupun yang berada di luar kampus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Elemen-elemen dakwah

PUISI : Rindu Rumah

CERPEN : SEMANGKOK BAKSO