‘Ainul Mardhiah
Bidadari merupakan
salah satu anugerah Allah kepada seorang lelaki yang memasuki syurga. Bagi
seorang wanita yang solehah maka bidadari bagi suaminya adalah dikalangan
bidadar-bidadari kurniaan Allah dan dia (isteri solehah merupakan ketua kepada
segala bidadari- bidadari).
Berjihad/berdakwah
untuk agama Allah S.W.T merupakan satu amalan yang akan menjadi kesukaan Allah
S.W.T dan ini merupakan sunnah besar nabi S.W.T dan kalangan sahabat-sahabat
r.hum. Setiap manusia yang mati walaupun berapa umurnya maka akan ditanya
dimanakah masa mudanya dihabiskan.
Rasulullah S.W.T
bersabda: “Tidak akan berganjak kaki anak Adam di Hari Kiamat hingga disoal
tentang empat perkara: tentang usianya pada apa dihabiskannya, tentang masa
mudanya apa yang telah diperjuangkannya, tentang hartanya dari mana datangnya
dan ke mana telah dibelanjakannya dan tentang ilmunya apa yang telah
dibuatnya.” (Hadith sahih riwayat Tirmizi)
Ainul Mardhiah
(bidadari untuk orang yang berjihad/berdakwah untuk agama Allah S.W.T.)
“Seakan-akan bidadari
itu permata yakut dan marjan.”
QS. ar-Rahman (55) : 58
QS. ar-Rahman (55) : 58
“Di dalam surga-surga
itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.”
QS. ar-Rahman (55) : 70
QS. ar-Rahman (55) : 70
“(Bidadari-bidadari)
yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.”
QS. ar-Rahman (55) : 72
QS. ar-Rahman (55) : 72
“Mereka tidak pernah
disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi
suami mereka) dan tidak pula oleh jin.”
QS. ar-Rahman (55) : 74
QS. ar-Rahman (55) : 74
‘Ainul Mardhiah merupakan seorang bidadari yang paling cantik dalam kalangan bidadari-bidadari yang lain (bermaksud mata yang di redhai). Suatu pagi (dalam bulan puasa) ketika nabi memberi targhib (berita-berita semangat di kalangan sahabat untuk berjihad/berdakwah untuk agama Allah) katanya siapa-siapa yang keluar di jalan Allah tiba-tiba ia syahid, maka dia akan dianugerahkan seorang bidadari yang paling cantik dalam kalangan bidadari-bidadari syurga.
Mendengar berita itu
seorang sahabat yang usianya muda teringin sangat hendak tahu bagaimana
cantiknya bidadari tersebut, tetapi di sebabkan sahabat ini malu hendak
bertanyakan kepada nabi S.W.T, kerana malu kepada sahabat-sahabat yang lain.
Namun dia tetap memberi nama sebagai salah sorang yang akan keluar di jalan
Allah.
Sebelum Zohor sunnah
nabi akan tidur sebentar (dipanggil khailulah, maka sahabat yang muda tadi juga
turut bersama jemaah yang hendak berangkat tadi tidur bersama-sama
sekejap.Tiba-tiba dalam tidur sahabat tersebut dia bermimpi berada di satu
tempat yang sungguh indah, dia bertemu dengan seorang yang berpakaian yang
bersih lagi cantik dan muka yang berseri2,lalu di tanya sahabat ini ,di manakah
beliau berada,lalu ada suara yang menjawab,inilah syurga,tiba2 dia menyatakan
hasrat untuk berjumpa dengan ‘Ainul Mardhiah (bidadari yang Nabi S.W.T bagitahu
tadi),lalu ditunjuknya di suatu arah maka berjalanlah sahabat ini, disuatu pepohon
beliau mendapati ada seorang wanita yang tak pernah dia lihat kecantikan yang
sebegitu,tak pernah dilihat didunia ini,lalu diberikan salam dan sahabat ini
bertanya, andakah ini Ainul Mardhiah,wanita itu menjawab ehh tidak (lebih
kurang macam tu la dalam bahasa kita),saya penjaganya,Ainul Mardhiah ada di
dalam singgahsana di sana.
Lalu dia berjalan dan
memasuki satu mahligai yang cukup indah dan mendapati ada seorang lagi wanita
yang kecantikannya berganda-ganda daripada yang pertama tadi di lihatnya, sedang
mengelap permata-mata perhiasan di dalam mahligai,lalu diberi salam dan di
tanya lagi adakah ini Ainul Mardiah lalu wanita itu menjawab,eh tidak, saya
hanya penjagaya di dalam mahligai ini,Ainul Mardiah ada di atas mahligai sana,
lalu dinaikinya anak-anak tangga mahligai permata itu, kecantikkannya sungguh
mengkagumkan,lalu sahabat ini sampai ke satu mahligai dan mendapati seorang
wanita yang berganda-ganda cantik dari yang pertama dan berganda-ganda catiknya
dari yang kedua yang beliau jumpa tadi,dan tidak pernah di lihat di dunia,lalu
wanita itu berkata,akulah Ainul Mardhiah, aku diciptakan untuk kamu dan kamu
diciptakan untuk aku,bila lelaki itu mendekatinya wanita itu menjawab,nanti
kamu belum syahid lagi,tersentak daripada itu pemuda itu pun terjaga dari
tidurnya lalu dia menceritakan segala-galanya kepada sahabat lain, namun begitu
dia memesan agar jangan menceritakan cerita ini kepada Nabi S.W.T,tapi
sekiranya dia syahid barulah di ceritakan kepada Nabi S.W.T.
Petang itu pemuda itu
bersama-sama dengan jemaah yang terdapat Nabi S.W.T di dalamnya telah keluar
berperang/berjihad lalu ditakdirkan pemuda tadi telah syahid. Petang tersebut
ketika semua jemaah telah pulang ke masjid, di waktu hendak berbuka puasa maka
mereka telah menunggu makanan untuk berbuka (tunggu makanan adalah satu sunnah
nabi). Maka kawan sahabat yang syahid tadi telah bangun dan merapati nabi S.W.T
dan menceritakan perihal mimpi pemuda yang syahid tadi.
Sahabat pemuda yang
syahid tadi,dalam menceritakan kepada nabi S.W.T, Nabi S.W.T menjawab: “Benar,
benar, benar sepanjang cerita tersebut”. Akhirnya nabi S.W.T berkata memang
benar cerita sahabat kamu tadi dan sekarang ini dia sedang menunggu untuk
berbuka puasa di syurga.
DALAM TULISAN YANG LAIN:
‘Ainul Mardhiyah
adalah nama seorang bidadari paling cantik di surga. Secara harfiyah, ‘Ainul
Mardiyah adalah “mata yang diredhai” atau “mata yang disukai”.
Diceritakan dalam
suatu kisah yang dipaparkan Al-Yafi’i dari Syeikh Abdul Wahid bin Zahid:
Suatu hari ketika kami
sedang bersiap berangkat perang. Aku meminta beberapa teman untuk membaca
sebuah ayat. Salah seorang lelaki tampil sambil membaca ayat Surah
At-Taubah:111:
“Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan
surga untuk mereka”
Selesai ayat itu
dibaca, seorang remaja berusia sekitar 15 tahun bangkit dari tempat duduknya.
Anak muda ini anak orang kaya. Ia baru saja mendapat harta warisan cukup besar
dari ayahnya yang telah meninggal. Ia berkata:”Wahai Abdul Wahid, benarkah
Allah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan sorga untuk
mereka?”
“Ya, benar, anak
muda!” kata Abdul Wahid. Anak muda itu melanjutkan:”Kalau begitu saksikanlah,
bahwa diriku dan hartaku mulai sekarang aku jual dengan surga.”
Anak muda itu lalu
mengeluarkan semua hartanya untuk disedekahkan bagi perjuangan jihad fi
sabilillah. Hanya kuda dan pedangnya yang tidak disedekahkan.
Ketika pasukan akan
segera berangkat, anak muda itu datang lebih awal. Dialah orang yang pertama
kali kulihat. Dalam perjalanan ke medan perang pemuda itu kuperhatikan siang
berpuasa dan malamnya dia bangun untuk beribadah. Dia rajin mengurus unta-unta
dan kuda tunggangan pasukan serta sering menjaga kami bila sedang tidur.
Sewaktu sampai di
daerah Romawi dan kami sedang mengatur siasat pertempuran, tiba-tiba dia maju
ke depan medan dan berteriak: ”Hai, aku ingin segera bertemu dengan Ainul
Mardhiyah…!” Kami menduga ia mulai ragu dan pikirannya kacau. Kudekati dan
kutanyakan siapakah Ainul Mardiyah itu.
Ia menjawab: “Tadi sewaktu
aku sedang mengantuk, selintas aku bermimpi. Seseorang datang kepadaku seraya
berkata: “Pergilah kepada ‘Ainul Mardiyah.” Ia juga mengajakku memasuki taman
yang di bawahnya terdapat sungai dengan air yang jernih dan di pinggirnya
nampak para bidadari duduk berhias dengan mengenakan perhiasan-perhiasan indah.
Manakala melihat kedatanganku, mereka bergembira seraya berkata: “Inilah suami
‘Ainul Mardhiyah…”
“Assalamu’alaikum”
kataku bersalam kepada mereka. “Adakah di antara kalian yang bernama Ainul Mardhiyah?”
Mereka menjawab salamku dan berkata: “Tidak, kami ini adalah pembantunya.
Teruskanlah langkahmu!”
Beberapa kali aku
sampai pada taman-taman yang lebih indah dengan bidadari yang lebih cantik,
tapi jawaban mereka sama, mereka adalah pembantunya dan menyuruh aku meneruskan
langkah.
Akhirnya aku sampai
pada khemah yang terbuat dari mutiara berwarna putih. Di pintu kemah terdapat
seorang bidadari yang sewaktu melihat kehadiranku dia nampak sangat gembira dan
memanggil-manggil yang ada di dalam: “Hai ‘Ainul Mardhiyah, ini suamimu datang
…!”
Ketika aku
dipersilakan masuk, kulihat bidadari yang sangat cantik duduk di atas sofa emas
yang ditaburi permata dan yaqut. Waktu aku mendekat dia berkata: “Bersabarlah,
kamu belum diizinkan lebih dekat kepadaku, karena roh kehidupan dunia masih ada
dalam dirimu.”
Anak muda melanjutkan
kisah mimpinya: “Lalu aku terbangun, wahai Abdul Hamid! Aku tidak sabar lagi
menanti terlalu lama”.
Belum lagi percakapan
kami selesai, tiba-tiba sekelompok pasukan musuh terdiri sembilan orang
menyerbu kami. Pemuda itu segera bangkit dan melanggar mereka. Selesai
pertempuran, aku mencoba meneliti, kulihat anak muda itu penuh luka di tubuhnya
dan berlumuran darah. Ia nampak tersenyum gembira, senyum penuh kebahagiaan,
hingga rohnya berpisah dari badannya untuk meninggalkan dunia.
(Sumber: Irsyadul
‘Ibad Ila Sabilir Rosyad lisy Syaikh Zainuddin bin Abdul Azizi bin Zainuddin
al-Malibari. Terjemah: H. Salim Bahreisy ).
Komentar
Posting Komentar